Mungkin selama ini kita selalu bertanya setiap kali kita melakukan
ibadah sekaligus rukun Islam nomor dua yaitu shalat kita selalu
menghadap kiblat, atau dalam hal ini Ka’bah. Nah mengapakah sebenarnya
harus menghadap Ka’bah?
Hal ini sebenarnya merupakan sejarah yang paling tua di dunia. Bahkan
jauh sebelum manusia diciptakan di bumi, Allah swt telah mengutus para
malaikat turun ke bumi dan membangun rumah pertama tempat ibadah
manusia. Ini sudah dituturukan dalam Al-Quran: Sesungguhnya rumah
yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah
(Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia . (QS. Ali Imran : 96).
Konon di zaman Nabi Nuh as, ka’bah ini pernah tenggelam dan runtuh
bangunannya hingga datang masa Nabi Ibrahim as bersama anak dan istrinya
ke lembah gersang tanpa air yang ternyata disitulah pondasi Ka’bah dan
bangunannya pernah berdiri. Lalu Allah swt memerintahkan keduanya untuk
mendirikan kembali ka’bah di atas bekas pondasinya dahulu. Dan dijadikan
Ka’bah itu sebagai tempat ibadah bapak tiga agama dunia. Dan ketika
Kami menjadikan rumah itu (ka’bah) tempat berkumpul bagi manusia dan
tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat.
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah
rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan
yang sujud”. (QS. ). Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan
haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,
(QS. Al-Hajj : 27).
Di masa Nabi Muhammad, awalnya perintah shalat itu ke baitul Maqdis
di Palestina. Namun Rasulullah saw berusaha untuk tetap shalat menghadap
ke Ka’bah. Caranya adalah dengan mengambil posisi di sebelah selatan
Ka’bah. Dengan mengahadap ke utara, maka selain menghadap Baitul Maqdis
di Palestina, beliau juga tetap menghadap Ka’bah.
Namun ketika beliau dan para shahabat hijrah ke Madinah, maka
menghadap ke dua tempat yang berlawanan arah menjadi mustahil. Dan
Rasulullah saw sering menengadahkan wajahnya ke langit berharap turunnya
wahyu untuk menghadapkan shalat ke Ka’bah. Hingga turunlah ayat berikut
:
Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit , maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke
arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 144).
Jadi di dalam urusan menghadap Ka’bah, umat Islam punya latar
belakang sejarah yang panjang. Ka’bah merupakan bangunan yang pertama
kali didirikan di atas bumi untuk dijadikan tempat ibadah manusia
pertama. Dan Allah swt telah menetapkan bahwa shalatnya seorang muslim
harus menghadap ke Ka’bah sebagai bagian dari aturan baku dalam shalat.
(red/berbagaisumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment please...