Paras Wajah Nabi Muhammad saw
Diriwayatkan dari Al-Bara', ia berkata, "Saya sama sekali belum pernah melihat paras yang lebih tampan dari paras Rasulullah " (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Abu Ishaq menuturkan, "Ketika ada orang yang bertanya kepada Al-Bara', apakah paras wajah Rasulullah itu seperti pedang (berkilau)?" Al-Bara' menjawab, "Tidak, tapi bagaikan rembulan." (HR. Al- Bukhari, Ahmad, dan Al-Baihaqi)
Abu Hurairah menceritakan, "Saya belum pemah melihat paras wajah setampan paras Rasulullah Seolah-olah cahaya mentari berjaian menyelusuri wajahnya." (HR. Ibnu Hibban)
Jabir bin Samurah mengisahkan, "Saya ketika itu melihat Nabi dengan berpakaian merah. Kemudian saya membanding-kannya dengan melihat bulan. Ternyata, dalam pengamatan saya, beliau lebih indah daripada bulan." (HR. Abu Ya'la dan Al-Baihaqi)\
Dari Al-Bara', ia berkata, "Saya belum pernah melihat seorang pria berpakaian merah yang lebih tampan dari Rasulullah. Beliau memiliki rambut yang dekat dengan pundaknya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sa'id bin Al-Jurairi mendengar berita dari Abu Thufail bahwa ia berkata, "Saat itu, saya sendirian melihat wajah Nabi." "Bagaimana, mohon jelaskan!" pinta Sa'id. Abu Thufail menjawab, "Beliau berparas putih, manis, dan berperawakan sedang." (HR. Muslim, Ahmad, dan At-Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Ummu Ma'bad bahwa suatu ketika ia mensifati fisik Rasulullah "Beliau itu, dari kejauhan tampak sebagai orang yang paling manis dan paling tampan. Sedangkan dari dekat, beliau tampil sebagai orang yang paling menonjol dan paling bagus di antara yang lain." (HR. Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma'ad)
Anas bin Malik pernah berkata, "Paras Rasulullah itu bagaikan kepingan-kepingan perak." (HR. Ath- Thabari dan Ibnu Katsir)
Aisyah menyebutkan, "Rasulullah saw adalah orang yang wajahnya paling tampan dan kulitnya paling bercahaya di antara yang lain." (HR. AlBaihaqi)
Sedangkan Abu Bakar Ash-Shiddiq menuturkan, "Wajah Rasulullah bagaikan bulatnya rembulan." (HR. Al-Mizzi dan Al-Hindi)
Muhammad bin Ammar berkata kepada Ar-Rabi' binti Mu'awwidz, "Mohon jelaskan sifat fisik Rasulullh kepada saya!" Ar-Rabi' menjawab, "Anakku, seandainya kamu melihat beliau, maka itu berarti kamu sedang melihat matahari terbit." (HR. Ad-Darimi, Al-Haitsami, dan Al-Baihaqi)
Ibnu Abbas menuturkan, "Sosok Rasulullah belum pernah ada bayangannya. Jika beliau berdiri sedangkan matahari bersinar, maka sinar yang terpancang dari beliau mengalahkan sinarnya matahari. Begitu pula jika beliau berdiri di tengah cahaya lampu, maka cahaya beliau lebih terang daripada cahayanya lampu." (HR. As-Suyuthi dalam Al-Jami' Ash-Shaghir). Selain Ibnu Abbas, redaksi hadits ini diriwayatkan pula oleh Jabir bin Samurah.
Keringat Nabi Muhammad saw
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata, "Nabi biasa masuk ke rumah Ummu Sulaim, lalu tidur di ranjangnya, sementara Ummu Sulaim sendiri sedang tidak ada. Suatu hari, beliau datang ke rumah Ummu Sulaim dan tidur di ranjangnya. Ada seseorang yang memberitahukan hal itu kepada Ummu Sulaim. "Rasulullah sedang tidur di ranjangmu, Ummu Sulaim!" katanya. Maka Ummu Sulaim pulang dan mendapatkan tempat tidurnya penuh keringat. Tidak menunggu lama, ia langsung membuka tempat pakaiannya (dan mengeluarkan kain di dalamnya), lalu menyerap air keringat tersebut dan diperasnya untuk dituangkan di gelas. "Apa yang kau lakukan, wahai Ummu Sulaim?" tanya Rasulullah. "Kami berharap dengan keringat engkau ini keberkahan untuk anak-anak kami," jawab Ummu Sulaim. "Kamu akan mendapatkannya," sahut Nabi. (HR. Muslim, Ahmad, dan Al Baihaqi)
Masih dari Anas, "Rasulullah berkulit cerah dan keringatnya bagaikan butir-butir mutiara." (HR. Muslim dan Al-Baihaqi)
Aisyah meriwayatkan, "Keringat Nabi di wajahnya seperti butiran mutiara yang basah, dan itu lebih harum daripada parfum kasturi." (HR. AzZabidi)
Ali menuturkan, "Keringat Nabi bagaikan mutiara, dan harumnya bagaikan parfum kasturi." (HR. Ibnu Sa'ad)
Hubaib bin Abi Hardah mendapat berita dari seorang dari Bani Huraisy, bahwa ia berkata, "Saya berada di samping ayah saya ketika Rasulullah merajam Ma'iz bin Malik (dalam kasus perzinaan, penj.). Di saat beliau mengambil batu yang besar, saya merasa takut dan ngeri melihatnya. Maka saya merangkul Rasulullah saw. Ketika itulah, saya mencium keringat yang keluar dari ketiak beliau harum mewangi bagaikan parfum kasturi." (HR. Ad Darimi dan Ibnu Asakir)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, "Suatu ketika ada seorang pria datang, "Wahai Rasulullah, saya mau menikahkan putri saya. Mohon kiranya engkau dapat menolong saya." Rasulullah menjawab, "Sebenarnya aku tidak memiliki apa-apa. Tapi jika mau, kamu besok datang lagi kemari dengan membawa botol yang tutupnya besar dan sebatang kayu pohon."Keesokan harinya pria itu datang lagi dengan membawa benda-benda yang disebutkan Nabi. Maka beliau langsung memeras keringat dari kedua lengannya, lalu dituangkan ke botol sampai penuh. "Ambillah ini dan bilang pada putrimu, jika ia hendak memakai parfum, cukup mencelupkan kayu ini ke botol, maka kayu itu akan membuatnya harum," pesan Nabi. Semenjak itu, apabila putri pria tadi memakai parfum dengan kayu dari Nabi, maka penduduk Madinah mencium harum wangi yang semerbak darinya. Mereka menamakan keluarga pria itu sebagai orang-orang yang harum," demikian Abu Hurairah menutup ceritanya. (HR. As-Suyuthi dalam Al-La'ali Al-Mashnu'ah dan Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu'at -Kedua kitab itu dikenal sebagai salah satu kitab kompilasi hadits maudhu atau hadits palsu, penj).
Tanda Kenabian Nabi Muhammad saw
Diriwayatkan dari Al-Ja'd bin Abdurrahman bahwa ia mendengar As Sa'ib bin Yazid berkata, "Suatu hari, bibi saya membawa saya pergi menghadap Rasulullah” . "Wahai Rasulullah, keponakan saya ini sedang sakit," ungkap bibi saya. Maka beliau mengusap kepala saya dan berdoa untuk keberkahan. Beliau berwudhu, lalu saya meminum bekas air wudhunya, dan berdiri di belakangnya. Di saat itulah, saya melihat ada tanda kenabian (Khatim An-Nubuwwah) di antara dua pundaknya. Tanda tersebut sebesar telur burung puyuh." (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi). Imam Al- Bukhari meriwayatkan hadits ini dari Muhammad bin Abdillah, dari Hatim, dengan redaksi yang sama seperti di atas. Pemaknaan "telur buyung puyuh" tersebut adalah merujuk pada pendapat Abu Sulaiman Al- Khaththabi.
Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah, "Saya melihat tanda di antara dua pundak Rasulullah berupa kelenjar berwarna merah seperti telur burung." (HR. Ibnu Hibban)
Dari Amr bin Akhthab, ia menuturkan, "Rasulullah pernah berkata kepada saya, "Wahai Abu Zaid, mendekatlah kemari dan usaplah punggungku."Maka ketika saya mengusapnya, jari saya mengenai tanda kenabian. Lalu saya bertanya, "Tanda apakah ini?" Beliau menjawab, "Bulu-bulu yang menggumpal." (HR. At-Tirmidzi, Hakim, dan Ahmad)
Dari Abu Nadhrah, ia berkata, "Saya bertanya kepada Abu Sa'id Al Khudri tentang tanda kenabian yang ada pada diri Rasulullah. Kemudian Abu Sa'id menjawab, "Tanda itu berupa daging yang menonjol." (HR. As Suyuthi dalam Al-Jami' Ash-Shaghir dan Al-Baihaqi)
Dari Abdullah bin Sarjas, ia menuturkan, "Saya menghadap Nabi yang ketika itu sedang berada di tengah para sahabatnya. Kemudian saya berjalan ke belakang beliau. Rupanya beliau tahu persis apa yang saya inginkan. Maka beliau menurunkan selendang dari punggungnya. Pada saat itulah saya melihat tanda kenabian di pundaknya. Tanda itu sebesar kepalan tangan, disekelilingnya ada tahi lalat, terlihat seperti kutil-kutil yang biasa tampak di kulit."
Masih dari Abdullah bin Sarjas, "Saya menghadap Nabi . Kemudian saya makan roti dan daging bersamanya. Setelah itu, saya bergeser sampai tepat di arah belakang beliau sehingga melihat tanda kenabian di kedua pundaknya. Tanda itu di tengkuk pundak kin beliau berupa kumpulan daging yang dikelilingi oleh tahi lalat." (HR. Muslim)
Dari Abi Ma'unah bin Qurrah, ia berkata, "Saya datang demi memenuhi panggilan Nabi saw. Dalam kesempatan itu, saya mohon beliau mengizinkan saya memasukkan kedua tangan ke jubahnya. Beliau tidak keberatan. Maka di saat itulah, saya menemukan di tengkuk pundaknya kelenjar yang menonjol." (HR. Ath-Thayalisi dan Al-Baihaqi)
Ref : Al Wafa, Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad saw, Ibnul Jauzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment please...