Di kalangan Bani Israil, dikenal istilah Targum. Targum
merupakan Tafsir dari Kitab Perjanjian Lama. Tercatat salah seorang ahli
tafsir yang terkenal bernama Salomon bin Ishak (1040-1105) dari Troye.
Salomon bin Ishak dalam Targum-nya menulis :
Hagar had been given as a slave to Abraham by her father the Pharaoh of Egypt who said: “My daughter had better be a slave in the house of Abraham, than mistress in any other (Translation of the Targums by J.W.Etheridge).
“Hagar adalah puteri dari Firaun yang ketika melihat aneka mu’jizat dari pihak Sarah, berkata: lebih baik untuk anak perempuan saya ini menjadi pembantu dalam rumah (Ibrahim),” sehingga diangkatnya Ibrahim menjadi menantunya.
Dalam tafsirnya itu, Salomon bin Ishak berpendapat bahwa Hagar (Siti Hajar), adalah puteri dari seorang Penguasa Mesir.
Berdasarkan analisa Ustadz H. M. Nur Abdurrahman, Penguasa Mesir yang
menjadi mertua dari Nabi Ibrahim, adalah Raja Salitis yang berasal dari
Dinasti Hyksos.
Dalam sejarah, Dinasti Hyksos memiliki keyakinan Tauhid, yang berasal dari Kaum ‘Ad yang bernabikan Nabi Hud.
Mereka beremigrasi dan mendirikan kerajaan-kerajan di Babilonia,
kemudian juga di Kan’an, sebagian lagi ke Mesir mendirikan Dinasti
Hyksos setelah berhasil menundukkan penguasa setempat.
Anggapan Hagar, seorang Budak
Diperkirakan sepeninggal Nabi Sulaiman, Bani Israil terperangkap
dalam sifat kebanggaan yang berlebih-lebihan (chauvinism) yang berwujud
rasialisme.
Hal ini berakibat Ismail (saudara Ishaq), tidak dipandang sebelah
mata. Dari sinilah kemudian muncul anggapan, Hagar, ibunda Ismail hanya
seorang budak dari Mesir.
Dari tafsiran yang keliru ini, muncul salah kaprah di kalangan Bani
Israil. Mereka beranggapan, Nabi Ismail tidak berhak menyandang putera
Nabi Ibrahim, lantaran ibunya seorang budak.
Kekeliruan yang ber-bau rasialis ini, tentu perlu diluruskan. Karena
di dalam Bible sendiri, baik Ismail maupun Ishaq, adalah dua orang yang
disebut “putera Ibrahim”, sebagaimana tertulis :
“Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun, lalu ia meninggal….. Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela…..” (Kejadian 25 : 7-9).
WaLlahu a’lamu bishshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment please...